Yang terhormat Kepala SMP Negeri 1 Galur, Bapak Edy Suwarno,
Yang saya hormati Bapak Ibu Guru serta Staf Tata Usaha,
Dan teman-teman yang berbahagia.
Syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga pada kesempatan ini kita bisa berkumpul di tempat ini. Selanjutnya, marilah kita berdoa semoga shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan jalan lurus untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat.
Pada hari ini saya akan menyampaikan sedikit uraian tentang jamu sebagai obat herbal. Majunya zaman atau modernisasi, membuat banyak masyarakat Indonesia telah melupakan ajaran-ajaran orang-orang masa dahulu. Pola hidup yang cenderung praktis, membuat orang lebih menyuki hal-hal yang berbau instan. Namun, tahukah anda bahwa warisan leluhur mempunyai kearifan lokal dan menyimpan manfaat yang sangat besar? Kalau tidak ada gunanya, tidak mungkin orang tua mengajarkan itu.
Salah satu kearifan lokal tersebut adalah pemanfaatan tanaman herbal untuk obat atau sering disebut sebagai jamu. Bagi masyarakat modern, jamu mungkin dianggap hal kuno atau kampungan. Namun ada juga yang menganggap bahwa jamu sebagai warisan leluhur yang perlu kita lestarikan. Jamu memiliki potensi besar yang bisa dikembangkan. Jamu adalah obat alam, obat asli Indonesia yang mungkin akan bisa menyembuhkan seluruh rakyat Indonesia.
Contoh-contoh pemanfaatan tanaman herbal adalah Lidah Buaya untuk menyembuhkan kencing manis, Ekor Kucing untuk disentri, dan Teratai Putih untuk obat penenang. Nantinya, diperkirakan tanaman herbal akan menjadi obat herbal dan digunakan berdampingan dengan obat kimia. Para dokter bisa mengkombinasikan kedua jenis obat tersebut dengan baik. Tidak tertutup kemungkinan jika obat herbal bisa menggeser peranan obat kimia di dunia medis. Obat herbal merupakan obat multi komponen, untuk berbagai penyakit dan saling melengkapi.
Untuk itu marilah kita masyarakat Indonesia lebih bisa menghargai warisan leluhur, terutama jamu. Tidak semuanya yang kuno, kualitasnya lebih rendah. Mungkin kadang kita tidak berpikir betapa pintarnya orang dahulu yang menemukan hal-hal ini. Mari kita lestarikan jamu, agar bisa berjaya di negeri sendiri dan jadikan jamu sebagai warisan budaya dunia.
Demikian uraian yang dapat saya sampaikan, apabila banyak tutur kata saya yang salah dan tidak berkenan di hati anda, saya mohon maaf. Atas perhatian dan kesediaannya, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Post a Comment