Hye admin mau share novel bikinan teman admin yang namanya Maulani. Ceritanya unik dan beda dari yg laen. di jamin seru deh Judulnya "The lost world"....tertarik...comment :D
Namaku Clara Hamilton. Aku tinggal bersama kedua kakak laki-lakiku yang bernama Steve dan Peter. Kedua orang tuaku adalah seorang arkeolog. Akhir – akhir ini mereka sangat sibuk sekali,banyak proyekk-proyek yang harus mereka kerjakan. Kisah ini berawal dari liburanku di mu
Namaku Clara Hamilton. Aku tinggal bersama kedua kakak laki-lakiku yang bernama Steve dan Peter. Kedua orang tuaku adalah seorang arkeolog. Akhir – akhir ini mereka sangat sibuk sekali,banyak proyekk-proyek yang harus mereka kerjakan. Kisah ini berawal dari liburanku di mu
sim panas. Aku dan kedua kakak ku berlibur ke pantai penculiar. Kata sebagian orang ,pantai ini merupakan salah satu peninggalan bangsa romawi. Aku tidak tahu apa yang mereka maksud dengan ‘peninggalan bangsa romawi’ menurutku itu agak aneh.Well!Meskipun agak aneh tapi cukup menarik.Aku sangat ingin sekali liburan kali ini kedua orang tuaku bisa ikut bersama kami menghabiskan liburan bersama di pantai yang cerah sambil menikmati beberapa hidangan seafood. Walaupun aku tahu itu tidak mungkin terjadi. Aku tahu sejak aku kecil orang tuaku sangat jarang memperhatikan aku Steve atau pun Peter mereka lebih mementingkan pekerjaan dan proyek-proyek mereka yang menjajikan akan kehidupan yang lebih terjamin.ya...ya...ya!Aku tahu semua itu mereka lakukan untuk aku, Steve dan Peter.Kadang-kadang aku berpikir seandainya hidup kami pas-pasan tapi ayah dan ibu selalu memperhatikan kami, mungkin itu akan jauh lebih baik dari pada sekarang.
Lamunanku pun berhenti saat aku melihat tiga pria dan seorang wanita yang berpakaian seperti penjaga pantai. Karena penasaran aku mencoba mendekati mereka pelan-pelan mencoba mendengar apa yang mereka bicarakan. Wanita itu mengatakan bahwa malam ini akan di mulainya baktum ke sembilan. Aku pun mncoba lebih dekat lagi agar aku bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Salah satu dari pria itu mngatakan bahwa baktum ke sembilan merupakan “Baktun of The Romawi”. Karena aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, akhirnya aku pergi meniggalkan segerombolan itu dan pulang ke penginapan.
Sesampainya di penginapan, aku buka pintu dengan kunci yang diberikan oleh Steve kepadaku. Aku melewati beberapa lorong menuju dapur. Karena cacing-cacing di perutku sudah mulai bertingkah, aku pun menuju ke kulkas mencari sesuatu yang bisa di makan. Aku melahap beberapa roti dan pai isi pisang ke mulutku.Tiba-tiba saat aku menelan beberapa tegukan susu terdengar suara-suara halus memanggil namaku. Aku pun terdiam kaku. Sampai-sampai aku tersedak dan batuk. Saat aku mencoba mendengarnya lagi suara-suara itu menghilang,dan aku berpikir mungkin itu hanya halusinansiku belaka. Dan saat aku meminum susu lagi suara-suara itu muncul dan semakin keras. Akhirnya aku putuskan untuk mencari suara-suaru itu. Aku bergerak pelan-pelan mengikuti suara itu.Tak terasa suara itu mulai terdengar keras saat aku berada di ruang tmu.
“CLARA... CLARA... CLARA...!”.
Sekujur tubuhku mulai berkeringat,semua badanku terasa susah untuk bergerak. Suara itu pun semakin keras saat ku berjalan mendekti sebuah lemari tua. Sambil menelan ludah aku pun membuka lemari itu dengan hati-hati. Dan ketika aku buka. Lemari itu hanya berisi kecoak dan sarang laba-laba. Aku tutup kembali lemari itu. Ketika aku akan membalikan badan terdengan suara,"Door..".Aku pun kaget dan tersungkur ke belakang. Terdengar suara tertawa. Pelan-pelan aku mulai membuka mata dan ternyata pelakunya adalah Steve dan Peter. Aku pun marah dan bergegas pergi meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun.
Malamnya aku sedang tidak nafsu makan karena kejadian tadi siang, aku merasa jengkel sekali dengan Peter dan Joe mereka tidak pernah henti-hentinya menjailiku. Pada tengah malam tiba-tiba aku terbangun. Mungkin karena tadi malam aku tidak sarapan maknya cacing di perutku mulai bertingkah dan tidak bisa diam. Aku pun bergegas pergi ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Ketika sampai di meja makan aku tidak menemukan apa pun di meja makan. Lalu akupun memutuskan untuk pergi menuju kulkas untuk mengecek . Saat ku tarik pintu besi dengan penutup magnet terlihat salat telur dengan bayam yang lezat di hadapanku. Kusantap salat itu dengan lahap dengan secangkir susu dingin di sampingku. Sekujur tubuhku berkeringat setelah aku selesai makan. Aku pun keluar rumah untuk menikmati angin pantai. Tapak demi setapak aku mulai berjalan menuju pantai dengan hembusan angin yang sangat dingin. Terlihat bulan purnama yang sangat terang di atasku,tapi tiba-tiba awan telah menutupi bulan sehingga yang terlihat hanya setengah dari bulan itu. Tak sadar saat ku menatap bulan itu terlihat sesosok bayangan berdiri ditebing tidak jauh dari tempat aku berdiri. Karena penasaran aku mencoba pergi ke tebing itu, langka demi langkah aku berjalan mendekati tebing tiu diiringi dengan malam yang sunyi sepi. Aku terus berjalan menuju tebing itu dengan kaki telanjang dan dingin yang menusuk ke tulang. Setelah hampir sampai di tebing, akupun mencoba bersembunyi dibalik batu untuk mengintai orang itu. Aku tajamkan mataku untuk bisa melihat orang itu dengan jelas. Ketika dia membalikkan badannya , ternyata dia seorang lelaki remaja yang sepertinya sebaya denganku. Yang anehnya dia berpenampilan seperti pakaian ala bangsa romawi. Mungkinkah dia seorang aktor atau pemain drama, aku tidak tau jelasnya seperti apa. Pikiran ku penuh dengan pertanyaan tentang orang itu. Dengan wajah menawannya dia terus melihat kearah bulan. Dengan mahkota daunnya dia berdiri gagah eloknya sebagai pangeran. Katika aku ingin melihat wajahnya dengan lebih dekat, tba-tiba dia terjun dari tebing. Seketika aku kaget, aku pun berusha menghentikannya, tapi sayang langkahku terlalu lamban mengejarnya. Seketika aku berpikir, kenapa tidak terdengar percikan air saat dia jatuh ke pntai.
Dan tiba-tiba terdengar suara hentakan di belakangku. Aku pun terpujur kaget, saat aki membalikkan badan terlihat lelaki itu di belakangku. Akupun serentak kaget dan hampir saja jatuh ke jurang. Mata ternganga melihatnya berjalan di atas tanah.
“Kenapa kau mengintai ku disini?”,tanyanya sambil mendekatiku.
“A..a..aku tidak bermaksud seperti itu!Aku hanya penasaran saja ketika melihatmu ditebing tadi”,jawabku sambil dengan wajah kebingungan.
“Ouw...begitu!Namaku Alex”,katanya sambil menodorkan tangan.
“Em...nama ku Clara”,sambil membalas uluran tangannya.
“Apakah kau ingin ikut bersamaku?”,tanyanya.
“Kurasa tidak, aku harus beristirahat karena besok aku harus bangun pagi!”,jawabku dengan sedikit penuh penyesalan.
“Em...hanya sebentar saja!Aku ingin mengajakmu melihat sesuatu”,katanya .
“Oke!Hanya sebentar”,jawabku.
Dan tiba-tiba ia menyentuh dahiku dengan jari telunjuknya. Aku pun terkaget melihatnya.
“Ini mungkin akan membantumu diperjalan nanti”,katanya sambil tersenyum padaku.
Anehnya tiba-tiba tubuhku terangkat. Seperti sedang diluar angkasa, tubuhku melayang-layang seperti tidak mempunyai beban. Dan hampir saja aku terjatuh menuju jurang. Pria itu seketika menolongku dan akhirnya akupun tidak jadi jatuh. Sambil memegang tanganku di menarikku melayang menuju suatu tempat. Dia terus memegangi tanganku sangat erat. Sampailah kami di sebuah pulau. Kamipun mendarat di tepi sebuah pesisis pantai. Dia lalu mengakakku masuh di sebuah hutan belantara. Pohon demi pohon telah kami lalui. Banyak semak-semak belukar yang menutupi jalan kami tapi itu sama kali tidak menghambat perjalanan. Samapailah kami di sebuah goa. Didalam sangat gelap hanya suara tetesan air yang bisa ku dengar. Dan tidak jauh terlihat samar-samar segerombol kelelawar yang sedang bertengger di atap goa itu. Hal ini sangat membuatku merinding dan takut. Tak sengaja karena hal ini membuat peganganku sangad erat ke tangan Alex. Secara reflec dia pun kaget lalau tersenyum padaku. Dia lalu menarikku untuk selalu dekat dengan dia. Dan hal itu membuatku merasa nyaman. Tak terasa sudah dua puluh menit kami berjalan menyusuri gua ini. Tampak dari jauh terlihat sebuah cahaya yang menuntun kami keluar dari gua ini.
Akhirnya akupun bisa menghirup udara segar lagi. Kami sampai di sebuah kota. Tak kusangka kota itu adalah kota beradaban bangsa romawi. Ini tidak mungkin terjadi. Sudah berpuluh-puluh tahun yang lalu beradaban ini musnah. Akupun berhenti berjalan dan berfikir.
“Clara...kau kenapa?”,tanya Alex sambil memandangku.
“Kita sebenarnya dimana?”,tanyaku.
“Hem...sebaiknya kita cari tempat berteduh dulu!Nanti akan kuceritakan semuanya kepadamu”,katanya sambil mengajakku pergi.
Kami berjalan menyusuri keramaian. Setiap orang yang ku temui selalu melihatku dengan pandangan aneh. Seaka-akan aku bagaikan alien yang baru saja turun di bumi. Mungkin karena pakaian ku yang aneh dan tidak sama seperti yang mereka pakai.Hal ini membuatku agak sedikit risi dan malu. Walaupun tidak banyak tapi setidaknya ku tahusedikit tentang bangsa romawi secara orang tuaku adalah seoarang sejarahwan. Kadang orangt tuaku selalu menceritakan berbagai hal kepadaku, Peter dan Seteve. Alex terus berjalan sambil memegangi tanganku dengan erat. Sampailah kami di sebuah ke tanah kosong yang penuh dengan rerumputan hijau yang permai serta pohon-pohon besar yang rindang. Kurasakan angin sejuk menggerai rambutku ,kurasakan udara sejuk menyegarkan paru-paruku. Dia pun berhenti di salah satu pohon yang besar di dekat sebuah sungai kecil yang jernih. Dia pun mengajakku duduk di sebuah hamparan batu yang besar dan datar untuk tempat duduk sambil menikmati pemandangan. Terlihat diseberang sebuah kastil kuno yang pastinya ala bangsa romawi berdiri tegak dan kokoh disana.
“Disanalah aku tinggal”,kata Alex sambil menunjukkan kastil itu kepadaku.
Aku pun terperanjat kaget mendengar hal itu.
“Apa?Apakah kau seorang pangeran?”,tanyaku dengan penuh penasaran.
Dia hanya membalasnya dengan senyuman.
“Ea...aku memang seorang pangeran!”,jawabnya kepadaku.
“Lalu kenapa kau bisa terbang dan ke....”.
Belum sempat aku menyelesaikan dia sudah menselanya.
“Kami sebagai bangsa romawi selalu menyembah dewa, dan sebagian dari kami diberikan kekuatan oleh dewa untuk menolong sesama”,jawanya.
“Lalu kenapa peradaban romawi masih ada?Bukankah sudah bertahun-tahun peradaban ini musnah”,tanyaku lagi.
Dan terjadi lagi dia hanya tersenyum padaku.
“Mau sampai kapan kau akan bertanya terus padaku?”,tanyanya dengan tertawa kecil.
Aku pun tersipu malu setelah mendengarnya. Tapi tetap saja, di otakku sudah ada segudang penuh pertanyaan yang ingin pertanyakan kepadanya.
“Nantinya kau akan tahu apa sebabnya!”,katanya sambil tersenyum lagi kepadaku.
Mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk aku bertanya. Tak terasa matahari muncul dengan keagungan sinarnya yang menyala-nyala. Aku pun teringat bahwa aku harus pulang.
“Alex...bisakah kita pulang sekarang?Aku takut kaka-kakakku mencari ku nanti”,kataku dengan kebingungan.
“Baiklah ...aku akan mengantarkan mu pulang”,jawabnya.
Lalu dia mengajak ku di suatu tempat di bawah tanah dimana banyak ukiran ukiran seperti relief disana. Kami pun menyelusuri lorong demi lorong hingga sampai di sebuah ruangan. Di sana terdapat dua buah pohon kembar yang saling melingkari dan terdapat celah di tengahnya. Alex pun bergegas maju dan memasukkan sesuatu dari lehernya ke celah dinding. Seketika pula celah yang berada di pohon itu becahaya. Alex pun memberikan isyarat agar aku masuk ke dalamnya, tanpa mengucapkan perpisahaan aku pun masuk dan tenggelam di dalamnya. Perutku terasa mual, seperti di jungkir balik. Semuanya pun berhenti ketika sepercik cahaya memapar ke arah ku. Aku pun terbangun, terlihat ruangan kamar yang aku tempati kemaren. Aku pun tercengang melihatnya, dan ternyata itu semua hanyalah mimpi.
Mataku berkeok-keok seakan akan bumi ini berputar, ku fokuskan pandanganku sehingga semuanya kembali normal. Angin berliuk liuk berhembus ke ruang kamarku, aku pun berdiri dan mendekati jendela kamarku dan menghela nafas. Ku rasakan hembusan angin laut hingga masuk ke rusuk tulangku. Ku rasakan denyut nadiku berdera kencang hingga aku melihat sebuah mercusuar di ujung sebuah tebing tinggi.
“Kurasa mercusuar itu butuh teman untuk bercerita”,kataku samabil berjalan pergi dari jendela.
Dan tiba-tiba sesuatu jatuh dari tubuhku. Tak sengaja benda itu pun berguling mendekati subuah paparan sinar matahari seketika pula benda itu pun bercahaya. Lalu ku ambil benda itu, dan ternyata itu adalah sebuah kalung berlian. Dan aku pun teringat sesuatu, ketika aku dan Alex berada di pohon melingkar dia telah meletakan sesuatu di di tengahtengah pohon melingkar itu. Aku pun tersadar bahwa benda itu adalah kalung tepat persis berada di depan ku. Jantungku pun berdekup kencang, dan mungkin akan meledak seketika itu pula. Tubuhku lemas dan terpujur kaku di lantai. Well ! Siapa sangka ternyata semua kejadian kemarin bukanlah mimpi. Aku pun berlahan-lahan berdiri, berusaha tegar melihat kenyataan ini.
“Jadi apakah semua ini benar?Dan kejadian kemarin benar-benar nyata?”,tanya ku dalam hati.
Setelah sarapan pagi, aku pun bergegas pergi tanpa sedikitpun mempedulikan Steve dan Peter dengan segala kelakuan mereka. Tapi sebelum aku membuka pintu....
“Heiii....kau anak sialan. Mau pergi kemana pagi-pagi begini?”, tanya Steve.
“Hanya ingin menghirup udara segar”,jawabku aga sedikit gugup.
Aku pun pergi dan meninggalkan mereka tanpa pamit apa-apa.
“Oke....sekarang apa yang harus aku lakukan?Bertanya kepada seseorang?Melakukan penjelajahan rahasia?Atau menyelam ke laut dan menemukan tempat itu kembali?”,kataku kebingungan.
Akupun berfikir keras, semuaya pun berhenti ketika pandangan ku tertuju mercusuar tadi.
“Kenapa sampai lupa berekreasi ke teman baru kita?Mungkin aku akan menemukan sedikit informasi di sana.”kataku sambil berjalan menuju ke mercusuar.
Dengan celana pendek dan berawakan kemeja kotak-kotak biru aku pun menyusuri setapak demi setapak pasir putih di pantai itu dengan hamparan angin yang lumayan kencang danmembuat rambutku yang terurai panjang pun ikut menari-nari dengan suasana saat itu. Setelah beberapa menit, akhirnya aku pun sampai di depan pintu masuk mercusuar itu. Tak terlihat sedkitpun tanda-tanda kehidupan di sana. Hanya debu,barang-barang rongsok , dan sarang laba-laba yang setia menjemputku di sana. Untuk lebih jelasnya, aku pun mencoba mengetok-ngetok pintu mungkin ada makhluk yang lumayan layak untuk membukakan pintu untukku. Sudah hampir lima kali aku mengetok pintu tapi tak seorangpun menyautnya. Dan akhirnya aku menggunakan cara para pencuri rumah untuk masuk ke mercusuar itu. Aku pun berjalan mengililingi mercusuar itu untuk menemukan sedikit celah untuk tubuhku ini. Dan...yeaahhh! Aku pun menumukan sebuah pintu ruang bawah. Aku usap pintu itu berlahan-lahan dari debu-debu nakal yang menghinggap di pintu itu.
“Tak apa, hanya sebagian kecil dari tubuhku yang kotor’’, kataku sambil mengusap-ngusap debu di pintu itu.
Dan akhirnya terlihat juga bentuk original pintu tua itu.
“Anggap saja pintu ini sudah dan rongsok”,kataku sambil mencoba untuk mendobrak pintu itu dengan tendangan terkeren ku.
“Plakkkkk!”
“Oke ...Clara mungkin sekali lgy cukup”
Dan akhirnya pintu pun peot, dan bukan sekedar peot mungkin saja sejenis reok atau mungkin malah lebih dari itu. Aku pun berlahan membuka pintu itu dan masuk kedalamnya. Dan....woouww !Tempat ini bagaikan tempat kematian, sama sekali tidak terlihat tanda-tanda untuk hidup. Aku hanya bisa menghela nafas melihatnya. Aku pun mulai melakukan ekspidisi rahasia atau tepatnya mungkin sedikit mencuri, tapi tidak terlalu mencuri hanya ingin mengetahui sesuatu saja mungkin tapi sepertinya sama saja. Pertama-tama aku pun merogo-rogo sesuatu untuk menjadi teman yang bisa menemaniku di tempat menakutkan ini. Dan...well! Hanya debu yang aku temui. Dan aku pun kehilangan arah, tempat itu semakin lama semakin gelap sehingga aku sama sekali tidak bisa melihat apapun. Oh,god!....aku pun mencoba meraba-raba segala sesuatu yang aku temui di ruangan itu, tpi hasilnya nihil aku sama sekali tidak menemukan apapun yang terang si tempat itu. Dan dengan reflek aku menghentak kan tangan ku di sebuah meja dan menyentuh sesuatu yang lembut seperti gel, aku pun terlanjur syok dan mundur kebelakang sehingga mundur dan membentur sesuatu.
“Brukkkk !!!”,
Sesuatu yang bergerombol tiba-tiba jatuh ke kepala ku dan itu membuat tekanan yang hot di pikiran ku dan hampir saja membuat ku oleng dan jatuh ke lantai. Tak sadar ketika aku hampir jatuh di lantai aku menahan tubuhku dengan tanganku dan tak sengaja menyentuh sesuat yang bundar. Well!.... sekarang tidak boleh syok untuk yang kedua kalinya atau mungkin saja sebuah lonceng yang cukup besar akan mengarangkengku dengan situasi yang penuh kematian dan semoga saja hanya hayalan ku. Dan secara tidak sengaja aku menekan sesuatu dan taraaa....aku sudah menemukan teman yang asyik untuk aku ajak menjelajah. Aku pun berdiri dan melihat sekeliling dengan bantuin teman mungil kita.
Ku telusuri semua koridor-koridor di ruangan itu, terlihat banyak perabotan-perabotan di sana. Di dinding-diding ruangan terdapat lilin-lilin yang sudah kumuh dan lusuh dan bersawang di sana. Agar membantu untuk melakukan pencarian akhirnya aku mencari korek agar bisa menghidupkan lilin. Satu demi satu lilin aku hidupkan dengan penuh hati-hati dan berlahan-lahan agar tidak mati ketika terhembus angin. Dan akhirnya aku pun tertuju pada sebuah ruangan di mana itulah akhir dari semuanya. Ku hidupkan berlahan-lahan lilin itu. Lilin itu sama sekali berbeda dengan lilin-lilinnya, ruangan itu terasa sangat sehingga hampir tidak ada angin di dalamnya tidak seperti di sekitar lilin-lilin yang lain. Dan aku tidak terlalu memperdulikannya karena mungkin hanya perasaanku saja karena mungkin aku sdikit kelelahan. Oke..... kita mulai petualangan kita. Dinding demi dinding meja demi meja telah ku cek ising, tapi sangat mengecewakan aku sama sekali tidak menemukan sesuatu yang dapat membantu menemukan jawaban tentang kejadian kemarin. Dab well!...aku sama sekali tidak menemukan apapun di tempat ini. Aku pun akhirnya untuk memutuskan untuk mengakhiri petualangan ku, rasanya ingin meledak jika mengingat semuanya. Dan sebelum aku keluar tiba-tiaba....
“Dasar orang-orang aneh, mengapa mereka mencari sesuatu yang tidak pernah ada di dunia ini. Ini semua membuat ku muak”,
Aku pun tertegun mendengar gumamnan seorang laki-laki itu. Dan tidak...
“Apa lagi ini kenapa pintu ini reok, astgaaaa....pasti mereka telah menggeledah mercusuarku tercinta. Ku rasa aku harus memberi pelajaran atas perbuatan mereka”,
Jantung ku mulai berdekup kencang, seperti aku harus mengembalikan semuanya seperti semula sebelum lelaki itu mendapatkanku mengacak-ngacak ruangannya ini. Sebelum keluar, aku mengintai dari celah pintu yang sudah reok itu untuk melihat keadaan di luar aman atau tidak. Aku pun mulai mengendap-ngedap dan pergi berlahan-lahan keluar dari ruangan itu. Ternyata, masih ada makhluk yang layak tinggal di mercususuar itu. Dia lelaki separuh baya yang menggunakan mantel abu-abu dan topi tua di kepalanya. Pakaiannya sangat lusuh seperti tidak terurus selama berabad-abad. Aku rasa cukup menarik untuk di interview , mungkin saja lelaki itu mempunyai pengalaman yang sedikit berlian untuk ku ketahui tetapi itu tidak sekarang. Aku pun berlahan-lahan pergi melalui bawah jendela dan mengendap pergi dari tempat itu segera mungkin aku bisa. Aku pun berlari terhuyung-huyung menembus angin. Dan tak kusadari, aku pun sangat kotor seperti lelaki tua itu. Pakaian ku penuh dengan kotoran dan debu dan ini sangat menjijikan Steve dan Peter pasti akan menertawaiku jika melihatnya. Dah hell...yeahh!... tak tersadar di benakku bahwa aku akan jatuh di sebuah luang lumpur atau mungkin kerennya lubang coklat saja agar sedikit tidak memalukan.
Aku pun sampai di rumah penginapan dan mengendap-ngendap masuk melalui pintu dapur agar tidak di ketahui Steve dan Peter. Dan yeahhh....Kelakuan ku mulai seperti tikus curut mengendap-mengendap dan tidak mempunyai rumah. Selesai mandi aku pun memenahi diriku yang tidak karuan begitu juga dengan hidupku yang begitu rumit dan abstrak aga sedikit naif tapi pengalaman yang aku alami cukup keren. Ku gerai rambut pirang nan panjang, dan ku sisir dari ujung kepala sampai ujung rambut. Dan nice...sebenarnya rambutku sangat indah. Orang-orang juga berkata demikian, mereka berkata bahwa aku seperti Putri Rapunzel seperti yang di ceritakan di dongeng dan pikiran ku mulai bermain-main denga kenaifan seorang Clara Hamilton. Angin berhembus-hembus mengisi ruangan kamar ku. Matak pun menuju ke jendela kamar yang belum sempat ak tutup. Ku rasakan deraian angin yang meliuk-liuk menerbangkan rambutku dengan deraian ombak dan sedikit gemercik air seraya menghiburku di siang itu. Dan ak pun mulai tenggelam di dalamnya, mulai rasakan denyup nadi ku dan setiap helai nafasku. Dan sesuatu hal mulai terjadi. Aku mulai mengingat kejadian kemarin, dan satu persatu kejadian itu mulai mengdekap seluruh pikiran ku sehingga aku pun mulai tenggelam dan semakin tenggelam di dalam. Kelopak mataku pun terbuka dan aku mulai merasakan sakit luar biasa di kepalaku. Semua ingatan itu satu persatu mulai terulang-terulang kembali dan semakin cepat dan cepat sampai-sampai seketika ak u tidak dapat mengendalikan keseimbangan tubuhku dan terhuyung jatuh ke lantai. Tubuhku tak berdaya sama sekali, rangsangan ini terlau kuat dan semakin kuat sampai-sampai membuat pandangan ku berputar-putar dan tak terarah. Denyut jantungku mulai melemah dan sesosok bayangan seseorang terlihat di mataku dan orang itu ternyata adalah Alex. Pandangaku sekejap mulai kabur, dan sbelum aku mengatakan apa-apa semuanya sudah gelap sesaat aku tidak merasakan apa-apa dan aku pun mulai sadar dan menemukan diriku tergeletak di ranjang. Tubuhku masih lemas seperti habis terserang sengatan listrik mukin bukan listrik semacam petir mungkin. Kepala ku masih oyong tapi tetap aku harus bangun dan matahari sudah lelap di kegelapan malam dan rasanya ini sudah petang. Aku pun mencoba bangkit dari mimpi aneh ku, dan aku rasa itu bukan sekedar mimpi karena layaknya seperti kejadian nyata dan berlalu begitu cepat.
Hari semakin malam, dan angin mulai membisu di dalam kegelapan di sinar bulan. Aku merebahka seluruh tubuhku dan merenung kembali di depan komputer. Sebenarnya apa yang terjadi pada diriku dan hidupku mengapa ini semua semakin rumit dan sulit di mengerti aku mulai tidak bisa membedakan antara yang nyata dan tidak nyata. Tanpa ku sadari kamar ku mulai berubah menjadi kapal titanik ketika membelah menjadi dua tidak berbentuk,berantakan,dan tidak karuan. Kertas berserakan di mana-mana, yang semuanya hanya tertulis tentang bangsa romawi saja. Dan yeah!....perutku mulai melakukan konser lokal di tubuhku dan ini mebuatku berhasrat untuk turun ke bawah. Realnya!....Steve dan Peter seperti hilang di telan bumi, sesat ada sesaat tidak. Seperti siluman saja gumamku kepada mereka.
Aku pun mulai menggerogoh seisi lemari es mencari sesuatu yang layang untuk di makan oleh makhluk seperti ku ini. Konser selesai dan aku pun mulai beranjak dan pergi ke kamarku. Langkah demi lang telah aku hebuskan di setiap tangga. Rasa lemas masih terperangkap di tubuhku. Setiap deraian suara tangga seraya mengiring langkahku yang begitu tak berdaya. Aku mulai kehilangan arah untuk hidup. Seperti tidak berguna dan sia-sia. Aku putuskan untuk kembali merenung di jendela sambil menemukan inspirasi, dan memikirkan sesuatu....
“Apakah tadi siang itu nyata ataulah mimpi semata?Mengapa Alex berada di kamarku?Dan apakah Alex itu benar-benar ada?”,
“Untuk menukannya aku haru mencarinya sendiri”,
“Clara...ayolah berfikir ,mungkin kau telah melupakan sesuatu yang penting tadi”,
“Ingatlah semua kejadian....mungkin ada petunjuk,mungkin di Pulau itu?mungkin juga sewaktu di pantai?atau malah di mercusuar tadi siang”,
Aku mulai memutar memoriku mengulang semua yang terjadi. Satu emi satu detail demi detai telah aku telaah. Tapi aku belum mengingat sesuatu yang ganjil mungkin benar-benar ganjil. Dan excellent!....Aku hanya mengingat dinding yang di penuhi dinding. Tapi sama sekali aku tidak menemukan sesuatu yan penting ketika melakukan penggledahan atau pencurian tadi siang. Lilin hanya sebagai petunjuk jalanku di sana. Dan hanya lilin dan lilin dan aku mulai mengerutkan dahiku dan....
“Yahhh...lilin mungkin juga bisa menjadi petunjuk akan sesuatu di ruangan itu. Kerana tal lazim sekali ada banyak lilin di sebuah basement di suatu rumah. Dan itu mungkin tidak sperti basement mungkin sejenis tempat persembunyian. Karena pintunya sangat tertup rapat dan sangat rapat dan sedikit tua atau bahkan tidak pernah terbuka dan tidak terurus.”,
“Tapi ini ganjil....
Ingatan demi ingatan mulai membuka dan aku menemukan pucuk akhirnya dan teringat sesuatu yang tertinggal di ruangan itu. Ak pun bergegas pergi dan memakai mabtel kuningku, ku pasan sepatu kates ku. Dan mulai menyiapan barang-barang yang aku butuhkan dan sedikit penahan konser lokal. Dan yeahh!...Aku siap melanjutkan pertualanganku. Cuaca tiba-tiba memburuk .
“Sepertinya, akan terjadi badai besar...,”,
Aku pun merenung, berjalan dan menyusuri langkah demi langkah dan angn semakin kencang. Langit semakin gelap dan langit mulai mengeluarka kemurkaan yan kelam. Ombak semakin tinggi dan bulan seakan bersinar terang menerangi jalanku menuju mercusuar. Lama-lama aku akan mirip persis seperti tikus curut dan ini membuatku agak sedikit muak dan lelah. Dan nice....aku pun kembali masuk keruangan itu tanpa suatu hambatan apapun. Koridor demi koridor aku telusuri, mencoba menemukan dinding itu. Dan ruangan itu berkhit di sebuah dinding diamana di depannya terletak sebuah meja dan diatasnya terdapat sebuah lilin. Aku pun menghidupkan lilin itu dan memastikan sesuatu. Dan yeah!...tebakan ku sangat akurat berlinang semuea kenaifan ku. Biasanya asap liin selalu berlawanan arah dari dinging karena mengikuti arus angin di ruangan itu tetapi jika sebaliknya maka di balik dinding itu terdapat aliran angin atau bisa tepat dikatakan di balik dinding itu terdapat ruangan tersembunyi hal ini biasanya oleh orang-orang korea untuk menyembunyikan sesuatu yang sangat penting di sebuah barang.
“Dan bagaimana tipe ruangan ini?dan bagaimana cara membukanya?”,gumamku sambil berfikir.
Aku pun mulai mengetok-ngetok dinding itu dan seperti yang aku kira terdepat suara dan agak sedikit lembek. Dengan telingaku, aku pun mulai mendengarkan sesuatu di ruangan itu.Sama sekali tidak terdengar apa-apa di sana. Ku coba lebih dekat dan lebih dekat dan hampir setengah tubuhku menempel di dinding itu dan....
Dinding itu seperti berputar dan berhenti di lawan arahnya yang semula. Aku tertegun kaget dan syok akan hal itu. Dan impossible thing....Aku menemukan tempat yang luar biasa menakjubkannya di bandingkan segalanya yang aku temui kemaren.
END DULU DEH :)
Sesampainya di penginapan, aku buka pintu dengan kunci yang diberikan oleh Steve kepadaku. Aku melewati beberapa lorong menuju dapur. Karena cacing-cacing di perutku sudah mulai bertingkah, aku pun menuju ke kulkas mencari sesuatu yang bisa di makan. Aku melahap beberapa roti dan pai isi pisang ke mulutku.Tiba-tiba saat aku menelan beberapa tegukan susu terdengar suara-suara halus memanggil namaku. Aku pun terdiam kaku. Sampai-sampai aku tersedak dan batuk. Saat aku mencoba mendengarnya lagi suara-suara itu menghilang,dan aku berpikir mungkin itu hanya halusinansiku belaka. Dan saat aku meminum susu lagi suara-suara itu muncul dan semakin keras. Akhirnya aku putuskan untuk mencari suara-suaru itu. Aku bergerak pelan-pelan mengikuti suara itu.Tak terasa suara itu mulai terdengar keras saat aku berada di ruang tmu.
“CLARA... CLARA... CLARA...!”.
Sekujur tubuhku mulai berkeringat,semua badanku terasa susah untuk bergerak. Suara itu pun semakin keras saat ku berjalan mendekti sebuah lemari tua. Sambil menelan ludah aku pun membuka lemari itu dengan hati-hati. Dan ketika aku buka. Lemari itu hanya berisi kecoak dan sarang laba-laba. Aku tutup kembali lemari itu. Ketika aku akan membalikan badan terdengan suara,"Door..".Aku pun kaget dan tersungkur ke belakang. Terdengar suara tertawa. Pelan-pelan aku mulai membuka mata dan ternyata pelakunya adalah Steve dan Peter. Aku pun marah dan bergegas pergi meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun.
Malamnya aku sedang tidak nafsu makan karena kejadian tadi siang, aku merasa jengkel sekali dengan Peter dan Joe mereka tidak pernah henti-hentinya menjailiku. Pada tengah malam tiba-tiba aku terbangun. Mungkin karena tadi malam aku tidak sarapan maknya cacing di perutku mulai bertingkah dan tidak bisa diam. Aku pun bergegas pergi ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Ketika sampai di meja makan aku tidak menemukan apa pun di meja makan. Lalu akupun memutuskan untuk pergi menuju kulkas untuk mengecek . Saat ku tarik pintu besi dengan penutup magnet terlihat salat telur dengan bayam yang lezat di hadapanku. Kusantap salat itu dengan lahap dengan secangkir susu dingin di sampingku. Sekujur tubuhku berkeringat setelah aku selesai makan. Aku pun keluar rumah untuk menikmati angin pantai. Tapak demi setapak aku mulai berjalan menuju pantai dengan hembusan angin yang sangat dingin. Terlihat bulan purnama yang sangat terang di atasku,tapi tiba-tiba awan telah menutupi bulan sehingga yang terlihat hanya setengah dari bulan itu. Tak sadar saat ku menatap bulan itu terlihat sesosok bayangan berdiri ditebing tidak jauh dari tempat aku berdiri. Karena penasaran aku mencoba pergi ke tebing itu, langka demi langkah aku berjalan mendekati tebing tiu diiringi dengan malam yang sunyi sepi. Aku terus berjalan menuju tebing itu dengan kaki telanjang dan dingin yang menusuk ke tulang. Setelah hampir sampai di tebing, akupun mencoba bersembunyi dibalik batu untuk mengintai orang itu. Aku tajamkan mataku untuk bisa melihat orang itu dengan jelas. Ketika dia membalikkan badannya , ternyata dia seorang lelaki remaja yang sepertinya sebaya denganku. Yang anehnya dia berpenampilan seperti pakaian ala bangsa romawi. Mungkinkah dia seorang aktor atau pemain drama, aku tidak tau jelasnya seperti apa. Pikiran ku penuh dengan pertanyaan tentang orang itu. Dengan wajah menawannya dia terus melihat kearah bulan. Dengan mahkota daunnya dia berdiri gagah eloknya sebagai pangeran. Katika aku ingin melihat wajahnya dengan lebih dekat, tba-tiba dia terjun dari tebing. Seketika aku kaget, aku pun berusha menghentikannya, tapi sayang langkahku terlalu lamban mengejarnya. Seketika aku berpikir, kenapa tidak terdengar percikan air saat dia jatuh ke pntai.
Dan tiba-tiba terdengar suara hentakan di belakangku. Aku pun terpujur kaget, saat aki membalikkan badan terlihat lelaki itu di belakangku. Akupun serentak kaget dan hampir saja jatuh ke jurang. Mata ternganga melihatnya berjalan di atas tanah.
“Kenapa kau mengintai ku disini?”,tanyanya sambil mendekatiku.
“A..a..aku tidak bermaksud seperti itu!Aku hanya penasaran saja ketika melihatmu ditebing tadi”,jawabku sambil dengan wajah kebingungan.
“Ouw...begitu!Namaku Alex”,katanya sambil menodorkan tangan.
“Em...nama ku Clara”,sambil membalas uluran tangannya.
“Apakah kau ingin ikut bersamaku?”,tanyanya.
“Kurasa tidak, aku harus beristirahat karena besok aku harus bangun pagi!”,jawabku dengan sedikit penuh penyesalan.
“Em...hanya sebentar saja!Aku ingin mengajakmu melihat sesuatu”,katanya .
“Oke!Hanya sebentar”,jawabku.
Dan tiba-tiba ia menyentuh dahiku dengan jari telunjuknya. Aku pun terkaget melihatnya.
“Ini mungkin akan membantumu diperjalan nanti”,katanya sambil tersenyum padaku.
Anehnya tiba-tiba tubuhku terangkat. Seperti sedang diluar angkasa, tubuhku melayang-layang seperti tidak mempunyai beban. Dan hampir saja aku terjatuh menuju jurang. Pria itu seketika menolongku dan akhirnya akupun tidak jadi jatuh. Sambil memegang tanganku di menarikku melayang menuju suatu tempat. Dia terus memegangi tanganku sangat erat. Sampailah kami di sebuah pulau. Kamipun mendarat di tepi sebuah pesisis pantai. Dia lalu mengakakku masuh di sebuah hutan belantara. Pohon demi pohon telah kami lalui. Banyak semak-semak belukar yang menutupi jalan kami tapi itu sama kali tidak menghambat perjalanan. Samapailah kami di sebuah goa. Didalam sangat gelap hanya suara tetesan air yang bisa ku dengar. Dan tidak jauh terlihat samar-samar segerombol kelelawar yang sedang bertengger di atap goa itu. Hal ini sangat membuatku merinding dan takut. Tak sengaja karena hal ini membuat peganganku sangad erat ke tangan Alex. Secara reflec dia pun kaget lalau tersenyum padaku. Dia lalu menarikku untuk selalu dekat dengan dia. Dan hal itu membuatku merasa nyaman. Tak terasa sudah dua puluh menit kami berjalan menyusuri gua ini. Tampak dari jauh terlihat sebuah cahaya yang menuntun kami keluar dari gua ini.
Akhirnya akupun bisa menghirup udara segar lagi. Kami sampai di sebuah kota. Tak kusangka kota itu adalah kota beradaban bangsa romawi. Ini tidak mungkin terjadi. Sudah berpuluh-puluh tahun yang lalu beradaban ini musnah. Akupun berhenti berjalan dan berfikir.
“Clara...kau kenapa?”,tanya Alex sambil memandangku.
“Kita sebenarnya dimana?”,tanyaku.
“Hem...sebaiknya kita cari tempat berteduh dulu!Nanti akan kuceritakan semuanya kepadamu”,katanya sambil mengajakku pergi.
Kami berjalan menyusuri keramaian. Setiap orang yang ku temui selalu melihatku dengan pandangan aneh. Seaka-akan aku bagaikan alien yang baru saja turun di bumi. Mungkin karena pakaian ku yang aneh dan tidak sama seperti yang mereka pakai.Hal ini membuatku agak sedikit risi dan malu. Walaupun tidak banyak tapi setidaknya ku tahusedikit tentang bangsa romawi secara orang tuaku adalah seoarang sejarahwan. Kadang orangt tuaku selalu menceritakan berbagai hal kepadaku, Peter dan Seteve. Alex terus berjalan sambil memegangi tanganku dengan erat. Sampailah kami di sebuah ke tanah kosong yang penuh dengan rerumputan hijau yang permai serta pohon-pohon besar yang rindang. Kurasakan angin sejuk menggerai rambutku ,kurasakan udara sejuk menyegarkan paru-paruku. Dia pun berhenti di salah satu pohon yang besar di dekat sebuah sungai kecil yang jernih. Dia pun mengajakku duduk di sebuah hamparan batu yang besar dan datar untuk tempat duduk sambil menikmati pemandangan. Terlihat diseberang sebuah kastil kuno yang pastinya ala bangsa romawi berdiri tegak dan kokoh disana.
“Disanalah aku tinggal”,kata Alex sambil menunjukkan kastil itu kepadaku.
Aku pun terperanjat kaget mendengar hal itu.
“Apa?Apakah kau seorang pangeran?”,tanyaku dengan penuh penasaran.
Dia hanya membalasnya dengan senyuman.
“Ea...aku memang seorang pangeran!”,jawabnya kepadaku.
“Lalu kenapa kau bisa terbang dan ke....”.
Belum sempat aku menyelesaikan dia sudah menselanya.
“Kami sebagai bangsa romawi selalu menyembah dewa, dan sebagian dari kami diberikan kekuatan oleh dewa untuk menolong sesama”,jawanya.
“Lalu kenapa peradaban romawi masih ada?Bukankah sudah bertahun-tahun peradaban ini musnah”,tanyaku lagi.
Dan terjadi lagi dia hanya tersenyum padaku.
“Mau sampai kapan kau akan bertanya terus padaku?”,tanyanya dengan tertawa kecil.
Aku pun tersipu malu setelah mendengarnya. Tapi tetap saja, di otakku sudah ada segudang penuh pertanyaan yang ingin pertanyakan kepadanya.
“Nantinya kau akan tahu apa sebabnya!”,katanya sambil tersenyum lagi kepadaku.
Mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk aku bertanya. Tak terasa matahari muncul dengan keagungan sinarnya yang menyala-nyala. Aku pun teringat bahwa aku harus pulang.
“Alex...bisakah kita pulang sekarang?Aku takut kaka-kakakku mencari ku nanti”,kataku dengan kebingungan.
“Baiklah ...aku akan mengantarkan mu pulang”,jawabnya.
Lalu dia mengajak ku di suatu tempat di bawah tanah dimana banyak ukiran ukiran seperti relief disana. Kami pun menyelusuri lorong demi lorong hingga sampai di sebuah ruangan. Di sana terdapat dua buah pohon kembar yang saling melingkari dan terdapat celah di tengahnya. Alex pun bergegas maju dan memasukkan sesuatu dari lehernya ke celah dinding. Seketika pula celah yang berada di pohon itu becahaya. Alex pun memberikan isyarat agar aku masuk ke dalamnya, tanpa mengucapkan perpisahaan aku pun masuk dan tenggelam di dalamnya. Perutku terasa mual, seperti di jungkir balik. Semuanya pun berhenti ketika sepercik cahaya memapar ke arah ku. Aku pun terbangun, terlihat ruangan kamar yang aku tempati kemaren. Aku pun tercengang melihatnya, dan ternyata itu semua hanyalah mimpi.
Mataku berkeok-keok seakan akan bumi ini berputar, ku fokuskan pandanganku sehingga semuanya kembali normal. Angin berliuk liuk berhembus ke ruang kamarku, aku pun berdiri dan mendekati jendela kamarku dan menghela nafas. Ku rasakan hembusan angin laut hingga masuk ke rusuk tulangku. Ku rasakan denyut nadiku berdera kencang hingga aku melihat sebuah mercusuar di ujung sebuah tebing tinggi.
“Kurasa mercusuar itu butuh teman untuk bercerita”,kataku samabil berjalan pergi dari jendela.
Dan tiba-tiba sesuatu jatuh dari tubuhku. Tak sengaja benda itu pun berguling mendekati subuah paparan sinar matahari seketika pula benda itu pun bercahaya. Lalu ku ambil benda itu, dan ternyata itu adalah sebuah kalung berlian. Dan aku pun teringat sesuatu, ketika aku dan Alex berada di pohon melingkar dia telah meletakan sesuatu di di tengahtengah pohon melingkar itu. Aku pun tersadar bahwa benda itu adalah kalung tepat persis berada di depan ku. Jantungku pun berdekup kencang, dan mungkin akan meledak seketika itu pula. Tubuhku lemas dan terpujur kaku di lantai. Well ! Siapa sangka ternyata semua kejadian kemarin bukanlah mimpi. Aku pun berlahan-lahan berdiri, berusaha tegar melihat kenyataan ini.
“Jadi apakah semua ini benar?Dan kejadian kemarin benar-benar nyata?”,tanya ku dalam hati.
Setelah sarapan pagi, aku pun bergegas pergi tanpa sedikitpun mempedulikan Steve dan Peter dengan segala kelakuan mereka. Tapi sebelum aku membuka pintu....
“Heiii....kau anak sialan. Mau pergi kemana pagi-pagi begini?”, tanya Steve.
“Hanya ingin menghirup udara segar”,jawabku aga sedikit gugup.
Aku pun pergi dan meninggalkan mereka tanpa pamit apa-apa.
“Oke....sekarang apa yang harus aku lakukan?Bertanya kepada seseorang?Melakukan penjelajahan rahasia?Atau menyelam ke laut dan menemukan tempat itu kembali?”,kataku kebingungan.
Akupun berfikir keras, semuaya pun berhenti ketika pandangan ku tertuju mercusuar tadi.
“Kenapa sampai lupa berekreasi ke teman baru kita?Mungkin aku akan menemukan sedikit informasi di sana.”kataku sambil berjalan menuju ke mercusuar.
Dengan celana pendek dan berawakan kemeja kotak-kotak biru aku pun menyusuri setapak demi setapak pasir putih di pantai itu dengan hamparan angin yang lumayan kencang danmembuat rambutku yang terurai panjang pun ikut menari-nari dengan suasana saat itu. Setelah beberapa menit, akhirnya aku pun sampai di depan pintu masuk mercusuar itu. Tak terlihat sedkitpun tanda-tanda kehidupan di sana. Hanya debu,barang-barang rongsok , dan sarang laba-laba yang setia menjemputku di sana. Untuk lebih jelasnya, aku pun mencoba mengetok-ngetok pintu mungkin ada makhluk yang lumayan layak untuk membukakan pintu untukku. Sudah hampir lima kali aku mengetok pintu tapi tak seorangpun menyautnya. Dan akhirnya aku menggunakan cara para pencuri rumah untuk masuk ke mercusuar itu. Aku pun berjalan mengililingi mercusuar itu untuk menemukan sedikit celah untuk tubuhku ini. Dan...yeaahhh! Aku pun menumukan sebuah pintu ruang bawah. Aku usap pintu itu berlahan-lahan dari debu-debu nakal yang menghinggap di pintu itu.
“Tak apa, hanya sebagian kecil dari tubuhku yang kotor’’, kataku sambil mengusap-ngusap debu di pintu itu.
Dan akhirnya terlihat juga bentuk original pintu tua itu.
“Anggap saja pintu ini sudah dan rongsok”,kataku sambil mencoba untuk mendobrak pintu itu dengan tendangan terkeren ku.
“Plakkkkk!”
“Oke ...Clara mungkin sekali lgy cukup”
Dan akhirnya pintu pun peot, dan bukan sekedar peot mungkin saja sejenis reok atau mungkin malah lebih dari itu. Aku pun berlahan membuka pintu itu dan masuk kedalamnya. Dan....woouww !Tempat ini bagaikan tempat kematian, sama sekali tidak terlihat tanda-tanda untuk hidup. Aku hanya bisa menghela nafas melihatnya. Aku pun mulai melakukan ekspidisi rahasia atau tepatnya mungkin sedikit mencuri, tapi tidak terlalu mencuri hanya ingin mengetahui sesuatu saja mungkin tapi sepertinya sama saja. Pertama-tama aku pun merogo-rogo sesuatu untuk menjadi teman yang bisa menemaniku di tempat menakutkan ini. Dan...well! Hanya debu yang aku temui. Dan aku pun kehilangan arah, tempat itu semakin lama semakin gelap sehingga aku sama sekali tidak bisa melihat apapun. Oh,god!....aku pun mencoba meraba-raba segala sesuatu yang aku temui di ruangan itu, tpi hasilnya nihil aku sama sekali tidak menemukan apapun yang terang si tempat itu. Dan dengan reflek aku menghentak kan tangan ku di sebuah meja dan menyentuh sesuatu yang lembut seperti gel, aku pun terlanjur syok dan mundur kebelakang sehingga mundur dan membentur sesuatu.
“Brukkkk !!!”,
Sesuatu yang bergerombol tiba-tiba jatuh ke kepala ku dan itu membuat tekanan yang hot di pikiran ku dan hampir saja membuat ku oleng dan jatuh ke lantai. Tak sadar ketika aku hampir jatuh di lantai aku menahan tubuhku dengan tanganku dan tak sengaja menyentuh sesuat yang bundar. Well!.... sekarang tidak boleh syok untuk yang kedua kalinya atau mungkin saja sebuah lonceng yang cukup besar akan mengarangkengku dengan situasi yang penuh kematian dan semoga saja hanya hayalan ku. Dan secara tidak sengaja aku menekan sesuatu dan taraaa....aku sudah menemukan teman yang asyik untuk aku ajak menjelajah. Aku pun berdiri dan melihat sekeliling dengan bantuin teman mungil kita.
Ku telusuri semua koridor-koridor di ruangan itu, terlihat banyak perabotan-perabotan di sana. Di dinding-diding ruangan terdapat lilin-lilin yang sudah kumuh dan lusuh dan bersawang di sana. Agar membantu untuk melakukan pencarian akhirnya aku mencari korek agar bisa menghidupkan lilin. Satu demi satu lilin aku hidupkan dengan penuh hati-hati dan berlahan-lahan agar tidak mati ketika terhembus angin. Dan akhirnya aku pun tertuju pada sebuah ruangan di mana itulah akhir dari semuanya. Ku hidupkan berlahan-lahan lilin itu. Lilin itu sama sekali berbeda dengan lilin-lilinnya, ruangan itu terasa sangat sehingga hampir tidak ada angin di dalamnya tidak seperti di sekitar lilin-lilin yang lain. Dan aku tidak terlalu memperdulikannya karena mungkin hanya perasaanku saja karena mungkin aku sdikit kelelahan. Oke..... kita mulai petualangan kita. Dinding demi dinding meja demi meja telah ku cek ising, tapi sangat mengecewakan aku sama sekali tidak menemukan sesuatu yang dapat membantu menemukan jawaban tentang kejadian kemarin. Dab well!...aku sama sekali tidak menemukan apapun di tempat ini. Aku pun akhirnya untuk memutuskan untuk mengakhiri petualangan ku, rasanya ingin meledak jika mengingat semuanya. Dan sebelum aku keluar tiba-tiaba....
“Dasar orang-orang aneh, mengapa mereka mencari sesuatu yang tidak pernah ada di dunia ini. Ini semua membuat ku muak”,
Aku pun tertegun mendengar gumamnan seorang laki-laki itu. Dan tidak...
“Apa lagi ini kenapa pintu ini reok, astgaaaa....pasti mereka telah menggeledah mercusuarku tercinta. Ku rasa aku harus memberi pelajaran atas perbuatan mereka”,
Jantung ku mulai berdekup kencang, seperti aku harus mengembalikan semuanya seperti semula sebelum lelaki itu mendapatkanku mengacak-ngacak ruangannya ini. Sebelum keluar, aku mengintai dari celah pintu yang sudah reok itu untuk melihat keadaan di luar aman atau tidak. Aku pun mulai mengendap-ngedap dan pergi berlahan-lahan keluar dari ruangan itu. Ternyata, masih ada makhluk yang layak tinggal di mercususuar itu. Dia lelaki separuh baya yang menggunakan mantel abu-abu dan topi tua di kepalanya. Pakaiannya sangat lusuh seperti tidak terurus selama berabad-abad. Aku rasa cukup menarik untuk di interview , mungkin saja lelaki itu mempunyai pengalaman yang sedikit berlian untuk ku ketahui tetapi itu tidak sekarang. Aku pun berlahan-lahan pergi melalui bawah jendela dan mengendap pergi dari tempat itu segera mungkin aku bisa. Aku pun berlari terhuyung-huyung menembus angin. Dan tak kusadari, aku pun sangat kotor seperti lelaki tua itu. Pakaian ku penuh dengan kotoran dan debu dan ini sangat menjijikan Steve dan Peter pasti akan menertawaiku jika melihatnya. Dah hell...yeahh!... tak tersadar di benakku bahwa aku akan jatuh di sebuah luang lumpur atau mungkin kerennya lubang coklat saja agar sedikit tidak memalukan.
Aku pun sampai di rumah penginapan dan mengendap-ngendap masuk melalui pintu dapur agar tidak di ketahui Steve dan Peter. Dan yeahhh....Kelakuan ku mulai seperti tikus curut mengendap-mengendap dan tidak mempunyai rumah. Selesai mandi aku pun memenahi diriku yang tidak karuan begitu juga dengan hidupku yang begitu rumit dan abstrak aga sedikit naif tapi pengalaman yang aku alami cukup keren. Ku gerai rambut pirang nan panjang, dan ku sisir dari ujung kepala sampai ujung rambut. Dan nice...sebenarnya rambutku sangat indah. Orang-orang juga berkata demikian, mereka berkata bahwa aku seperti Putri Rapunzel seperti yang di ceritakan di dongeng dan pikiran ku mulai bermain-main denga kenaifan seorang Clara Hamilton. Angin berhembus-hembus mengisi ruangan kamar ku. Matak pun menuju ke jendela kamar yang belum sempat ak tutup. Ku rasakan deraian angin yang meliuk-liuk menerbangkan rambutku dengan deraian ombak dan sedikit gemercik air seraya menghiburku di siang itu. Dan ak pun mulai tenggelam di dalamnya, mulai rasakan denyup nadi ku dan setiap helai nafasku. Dan sesuatu hal mulai terjadi. Aku mulai mengingat kejadian kemarin, dan satu persatu kejadian itu mulai mengdekap seluruh pikiran ku sehingga aku pun mulai tenggelam dan semakin tenggelam di dalam. Kelopak mataku pun terbuka dan aku mulai merasakan sakit luar biasa di kepalaku. Semua ingatan itu satu persatu mulai terulang-terulang kembali dan semakin cepat dan cepat sampai-sampai seketika ak u tidak dapat mengendalikan keseimbangan tubuhku dan terhuyung jatuh ke lantai. Tubuhku tak berdaya sama sekali, rangsangan ini terlau kuat dan semakin kuat sampai-sampai membuat pandangan ku berputar-putar dan tak terarah. Denyut jantungku mulai melemah dan sesosok bayangan seseorang terlihat di mataku dan orang itu ternyata adalah Alex. Pandangaku sekejap mulai kabur, dan sbelum aku mengatakan apa-apa semuanya sudah gelap sesaat aku tidak merasakan apa-apa dan aku pun mulai sadar dan menemukan diriku tergeletak di ranjang. Tubuhku masih lemas seperti habis terserang sengatan listrik mukin bukan listrik semacam petir mungkin. Kepala ku masih oyong tapi tetap aku harus bangun dan matahari sudah lelap di kegelapan malam dan rasanya ini sudah petang. Aku pun mencoba bangkit dari mimpi aneh ku, dan aku rasa itu bukan sekedar mimpi karena layaknya seperti kejadian nyata dan berlalu begitu cepat.
Hari semakin malam, dan angin mulai membisu di dalam kegelapan di sinar bulan. Aku merebahka seluruh tubuhku dan merenung kembali di depan komputer. Sebenarnya apa yang terjadi pada diriku dan hidupku mengapa ini semua semakin rumit dan sulit di mengerti aku mulai tidak bisa membedakan antara yang nyata dan tidak nyata. Tanpa ku sadari kamar ku mulai berubah menjadi kapal titanik ketika membelah menjadi dua tidak berbentuk,berantakan,dan tidak karuan. Kertas berserakan di mana-mana, yang semuanya hanya tertulis tentang bangsa romawi saja. Dan yeah!....perutku mulai melakukan konser lokal di tubuhku dan ini mebuatku berhasrat untuk turun ke bawah. Realnya!....Steve dan Peter seperti hilang di telan bumi, sesat ada sesaat tidak. Seperti siluman saja gumamku kepada mereka.
Aku pun mulai menggerogoh seisi lemari es mencari sesuatu yang layang untuk di makan oleh makhluk seperti ku ini. Konser selesai dan aku pun mulai beranjak dan pergi ke kamarku. Langkah demi lang telah aku hebuskan di setiap tangga. Rasa lemas masih terperangkap di tubuhku. Setiap deraian suara tangga seraya mengiring langkahku yang begitu tak berdaya. Aku mulai kehilangan arah untuk hidup. Seperti tidak berguna dan sia-sia. Aku putuskan untuk kembali merenung di jendela sambil menemukan inspirasi, dan memikirkan sesuatu....
“Apakah tadi siang itu nyata ataulah mimpi semata?Mengapa Alex berada di kamarku?Dan apakah Alex itu benar-benar ada?”,
“Untuk menukannya aku haru mencarinya sendiri”,
“Clara...ayolah berfikir ,mungkin kau telah melupakan sesuatu yang penting tadi”,
“Ingatlah semua kejadian....mungkin ada petunjuk,mungkin di Pulau itu?mungkin juga sewaktu di pantai?atau malah di mercusuar tadi siang”,
Aku mulai memutar memoriku mengulang semua yang terjadi. Satu emi satu detail demi detai telah aku telaah. Tapi aku belum mengingat sesuatu yang ganjil mungkin benar-benar ganjil. Dan excellent!....Aku hanya mengingat dinding yang di penuhi dinding. Tapi sama sekali aku tidak menemukan sesuatu yan penting ketika melakukan penggledahan atau pencurian tadi siang. Lilin hanya sebagai petunjuk jalanku di sana. Dan hanya lilin dan lilin dan aku mulai mengerutkan dahiku dan....
“Yahhh...lilin mungkin juga bisa menjadi petunjuk akan sesuatu di ruangan itu. Kerana tal lazim sekali ada banyak lilin di sebuah basement di suatu rumah. Dan itu mungkin tidak sperti basement mungkin sejenis tempat persembunyian. Karena pintunya sangat tertup rapat dan sangat rapat dan sedikit tua atau bahkan tidak pernah terbuka dan tidak terurus.”,
“Tapi ini ganjil....
Ingatan demi ingatan mulai membuka dan aku menemukan pucuk akhirnya dan teringat sesuatu yang tertinggal di ruangan itu. Ak pun bergegas pergi dan memakai mabtel kuningku, ku pasan sepatu kates ku. Dan mulai menyiapan barang-barang yang aku butuhkan dan sedikit penahan konser lokal. Dan yeahh!...Aku siap melanjutkan pertualanganku. Cuaca tiba-tiba memburuk .
“Sepertinya, akan terjadi badai besar...,”,
Aku pun merenung, berjalan dan menyusuri langkah demi langkah dan angn semakin kencang. Langit semakin gelap dan langit mulai mengeluarka kemurkaan yan kelam. Ombak semakin tinggi dan bulan seakan bersinar terang menerangi jalanku menuju mercusuar. Lama-lama aku akan mirip persis seperti tikus curut dan ini membuatku agak sedikit muak dan lelah. Dan nice....aku pun kembali masuk keruangan itu tanpa suatu hambatan apapun. Koridor demi koridor aku telusuri, mencoba menemukan dinding itu. Dan ruangan itu berkhit di sebuah dinding diamana di depannya terletak sebuah meja dan diatasnya terdapat sebuah lilin. Aku pun menghidupkan lilin itu dan memastikan sesuatu. Dan yeah!...tebakan ku sangat akurat berlinang semuea kenaifan ku. Biasanya asap liin selalu berlawanan arah dari dinging karena mengikuti arus angin di ruangan itu tetapi jika sebaliknya maka di balik dinding itu terdapat aliran angin atau bisa tepat dikatakan di balik dinding itu terdapat ruangan tersembunyi hal ini biasanya oleh orang-orang korea untuk menyembunyikan sesuatu yang sangat penting di sebuah barang.
“Dan bagaimana tipe ruangan ini?dan bagaimana cara membukanya?”,gumamku sambil berfikir.
Aku pun mulai mengetok-ngetok dinding itu dan seperti yang aku kira terdepat suara dan agak sedikit lembek. Dengan telingaku, aku pun mulai mendengarkan sesuatu di ruangan itu.Sama sekali tidak terdengar apa-apa di sana. Ku coba lebih dekat dan lebih dekat dan hampir setengah tubuhku menempel di dinding itu dan....
Dinding itu seperti berputar dan berhenti di lawan arahnya yang semula. Aku tertegun kaget dan syok akan hal itu. Dan impossible thing....Aku menemukan tempat yang luar biasa menakjubkannya di bandingkan segalanya yang aku temui kemaren.
END DULU DEH :)
Post a Comment